Seperti apa sih sebenarnya defenisi "menikmati hidup" itu? Part ini kayak sekuel dari status saya sebelumnya. Sok banget saya yah.
Secara kan seharian kemarin saya mengaku menikmati hari pertama di tahun 2019 dengan berleha leha di rumah sambil menyaksikan adegan pertarungan para avenger. Sampai tengah malam segala.
Actually, bukan itu aja sih kerjaan saya. Yah, saya makanlah, minumlah, di depan tivi tapi. Haha. Dan untuk menambah khazanah kegiatan di tanggal 1 kemarin. Sehabis isya saya melakukan hal yang tidak mau sekali saya lakukan selama berabad abad, huhu. Apa itu? Belajar make up. Gila benar.
So, saya jadi mengetahui sensasinya ketika bikin alis yang tidak sama rata kiri kanan. Bikin eye liner yang sumpah itu paling susah, gimana caranya coba sambil tutup mata sebelah sambil mengukir di balik kelopak? Amazing banget para perempuan yang bisa mah. Terus yang paling sakit dari itu semua, mata yang kemasukan maskara. Oh Allah, semacam penyiksaan yang "menyenangkan" buat para perempuan.
Hmm, kalau mau jujur sih yah. Sebagai wanita yang menyukai keindahan bla bla blanya. Saya begitu enjoy semalam melakukan segala step by step bermake up ria itu. Meski satu dua kali kelilipan. Kayaknya resolusi 2019 ini bakalan jadi wanita sesungguhnya deh gueh. Oh yah ampun.
Bagaimana saya bisa tahu kalau saya menikmati dan enjoy melakukannya? Bayangin yah, dari sehabis isya saya main main sama berbagai kuas, pensil ini pensil itu dan tidak terasa ternyata sudah jam 10 saja. Film Black Panther sudah diganti Avenger Infinity War. Dan kami baru sadar ketika menelepon mama di kampung dan bilang sudah mengantuk. Dan kami heran, kok udah mengantuk, perasaan baru jam 8 an deh. Terus mama bilang "Sudah jam 10" dan mematikan sambungan telephone. Ukuran menikmati sesuatu itu ketika "kita lupa waktu". Agree?
Dan sehari sebelumnya saya menonton sebuah film, amazingnya, saya menonton 2 kali dalam sehari dengan judul yang sama. Saya menamatkannya sore hari. Lalu, malamnya saya ulangi lagi. Segila itu saya emang kalau mengenai hal yang saya suka.
Film korea sih, judulnya "Little Forest" ngomong-ngomong. Kenapa saya bahas segala ini film di status yang akan panjang ini? Karena sepertinya akan ada sangkut pautnya. Kalau gag ada disangkut sangkutin ajah yah.
So, di film itu ada tokoh namanya Hae Won. Seorang wanita yang telah menyelesaikan studynya di salah satu perguruan tinggi dan sayangnya dia tidak lulus ujian pada sebuah tes seleksi menjadi guru, itu semacam tes cpns kali yah kalau kita.
Dan dia memutuskan kembali ke kampung halamannya di sebuah pedesaaan yang sangat asri bernama Mi Sung. Desa itu penghasil padi dan buah apel. Jarak dari kota kecil dekat desa kira kira sejamanlah. Hae Won akhirnya sampai di rumahnya yang sudah tidak berpenghuni sudah lama. Ibunya meninggalkannya ketika sebentar lagi pengumuman kelulusan SMAnya. Dan ayahnya sudah meninggal ketika berumur 4 tahun.
Film ini sebenarnya sangat sederhana. Kehidupan pedesaan yang begitu menyejukkan pandangan. Dan kita akan sangat dimanjakan dengan keahlian masak Hae Won dengan masakan koreanya yang kelihatan enak enak dan melihat ekspresi Hae Won memakannya...kita akan jadi ngiler. Yah, hampir setiap film atau drama korea yang memperlihatkan tokohnya sedang makan, mereka begitu lahap kan.
Ternyata, keahlian Hae Won dia dapatkan dari sang ibu. Jadi, ada juga beberapa adegan ibunya Hae Won masak masak.
Di desa itu, pekerjaan masyarakatnya adalah bertani. Jadi bikin nostalgia saja sayah. Kan di kampung juga orang orang pada bertani. Dan sumpah deh, habis nonton ini saya jadi kepengen pulkam dan bertani saja. Have Fun banget kelihatannya.
Oh iyyah, Hae Won punya dua sahabat. Eun Sook dan Jae Ha. Si Eun Sook ini, wanita bankir di kota yang dekat dari desa mereka yang setiap hari mengeluh soal pekerjaannya yang sangat membosankan. Dia malah ingin meninggalkan desa dan merantau di kota. Maka dia sewot banget waktu tahu Hae Won pulkam karena dia yang mau ke kota eh, si Hae Won malah balik.
Terus, si Jae Ha. Ini yang saya suka karakternya di sini. Dia satu satunya laki laki sih. Eh, bukan itu ding. Jadi ceritanya, dia ini petani sukses gays. Jagoooo banget dia berkebun. Dia punya sawah, kebun apel, terus kebun tomat yang enakkkk sekali dilihat pas berbuah. Dia memiliki keahlian bertani dari ayahnya dan mengkolaborasikannya dengan ilmu yang ada di internet. Bisa dibilang, dia petani modern.
Dannnn (kalau saya sudah tulis sesuatu yang ada banyak huruf yang sama di belakang, berarti saya sangat excited sama hal tersebut wkwkwkwk) ternyatanya lagi adalah Jae Ha ini pernah bekerja di sebuah perusahaan keren di Seoul dengan gaji yang lumayanlah yah. Tapi dia resign dan kembali ke kampungnya buat bertani. Daebak.
Demi apaaaa gitu kan? Waktu Hae Won tanya, dia bilang gini "Ketika bertani, tubuh saya memang lelah, tapi tidak dengan hati dan pikiran saya" keren. Kenapa dia bisa bilang begitu coba? Karena yah, kita tahulah kalau kita kerja di perusahaan, pokoknya yang ada atasannyalah, big bos, mana bosnya killer lagi, yah kelarlah hidup loh. Itu yang dirasakan oleh Jae Ha. Suatu hari dia dipanggil big bos. Di sana dia dimarahi habis habisan di depan rekan kerjanya sampai sampai dibilangi bahwa pekerjaan yang dia kerjakan itu pekerjaan mudah yang hewan saja bisa kerjakan. Masak dia tidak bisa mengerjakannya dengan baik. Deh, harga diri seseorang sedang dipertaruhkan. Jadi, sebelum bosnya memuntahkan semua serapahnya, Jae Ha kembali ke mejanya. Dia mengambil barang barangnya dan langsung meninggalkan kantornya, dia resign hari itu juga.
Begitulah cara dia menikmati hidup. Semua orang pasti punya caranya masing-masing. Jae Ha mengambil resiko demi dia bisa merasakan hidup yang menyenangkan tanpa ada intervensi dari siapa siapa. Dia bisa melakukan banyak hal yang dia suka tanpa ada penilaian dari siapa siapa. Dan tentunya tidak ada aturan kecuali aturan yang dia buat untuk dirinya sendiri.
Hae Won tanpa sadar sebenarnya juga telah mengikuti apa yang dilakukan oleh Jae Ha. Meninggalkan kota yang penuh dengan kompetisi dan persaingan. Menikmati kehidupan desa yang sederhana dengan masakannya yang mewah yang bahan bahannya dia ambil dari kebun juga hutan sekitar rumahnya. Dan dia selalu mengundang dua sahabatnya ini untuk sama sama menikmati masakannya. Seperti yang Hae Won bilang "Ini semua tidak lebih menyenangkan tanpa ada seseorang yang menemani". Tingkat menyenangkannya hidup selanjutnya adalah ada orang orang tersayang membersamai kita menikmatinya.
Dan Eun Sook? Dia punya kisahnya lagi. Di kantornya, dia memiliki manajer baru yang resek super super dah. Manajernya itu kerjanya cuma jalan jalan. Dan pas sampai di kantor, dia menyuruh semua staf mengulang kerjaan yang sudah mereka selesaikan seharian penuh. Menyebalkan bukan? Dan suatu hari kantor mengadakan acara yang ada karaoke karaoke segala macamnya, di situlah Eun Sook memukul si manajer songong dengan trampolin yang dia pegang. Dan itu sehari sebelum dia gajian. Untungnya gajinya tetap dikasih dan si manajer akhirnya dipindah tugaskan. Tingkat menyenangkannya hidup selanjutnya adalah mengeluarkan semua beban dan uneg uneg, yahhh gag harus tabok bos juga sih. Hehe.
Hah, panjangggg sumpah dah, jempol sampai bengkak deh.
Hmm, suatu hari teman saya tanya
"Prinsip hidup kamu apa?"
Saya jawab "Menikmati hidup adalah cara mensyukuri hidup"
Why? Karena dengan menikmati hidup apapun yang dijalani akan terasa baik baik saja. Paling tidak mengurangi tekanannya dan dengan menikmati hidup tidak ada celah untuk mengeluh. Karena menurut saya, mengeluh itu sama saja dengan tidak bersyukur. Weh, sudah dikasih banyak hal masih mengeluh, kurang syukur banget kita yah.
Nikmat yang Allah kasih itu, kata para alim "Kalau semua air di lautan dijadikan tinta dan semua pohon di dunia ini dijadikan kertas, tidak akan sanggup menuliskan segala nikmat yang Allah kasih" Daebak kan. Daebak memang. MaasyaaAllah.
Jangan, kalau kamu hitungnya saldo di rekeningmu. Oh, no no no. Kenikmatan yang Allah kasih bukan cuma itu. Bahkan bisa baca status gag jelas ini juga bisa jadi sudah termasuk salah satu kenikmatan. Hihi. Pede amat gueh. Karena sejatinya cuma kamu yang bisa rasakan. Pake hati rasanya yah, bukan hitungan matematika segala nikmat nikmat itu. Dan yah, mulailah menikmati semaunya. Apaa ajah.
Dan mengerjakan sesuatu yang bisa bikin senang adalah yang sesuai passion kita kan. Semacam melakukan hobby setiap hari tapi dapat duit dari sana. Enak gag tuh. Seperti Jae Ha yang menikmati sekali bertani dan bisa berbagi dengan teman temannya. Ah, ini kayakx tingkat menyenangkan hidup selanjutnya. Ketika kita bisa berbagi dengan banyak orang. Melihat senyum mereka dan dengan kata terimakasih saja sudah bikin hati kita menjadi hangat.